Kapankah tari Janger diciptakan? Siapakah penciptanya?Pertanyaan ini bisa diteruskan untuk seni tari lainnya,dan kita tak akan mendapatkan jawaban yangmemuaskan. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata JeroWacik ketika membuka pementasan Cak Kolosal diTanah Lot, 29 September lalu, juga mempertanyakansiapakah pencipta tari Cak, dan kapan diciptakan? Kalautahu siapa orangnya, Jero Wacik ingin memberikanpenghargaan karena atas jasa dialah bisa disuguhkan Cak Kolosal yang membawa misiperdamaian ini.
Janger barangkali lebih muda dibandingkan Cak. Tetapi, saya tak tahu persis, belumpernah menemukan buku tentang sejarah Janger. Kalau drama tari Gambuh, sudah terbitbuku dengan editor Maria Cristina Formaggia. Ini buku tentang Gambuh yang palinglengkap. Gambuh diperkirakan sudah ada pada abad XIV dan terus mengalami evolusisampai abad XVII. Bentuk tarinya kemudian mengalami ''balinisasi'' di abad XIX sampaiabad XX. Lalu, ini yang menyedihkan, Gambuh nyaris mati di abad XXI ini.
Bagaimana dengan Janger? Janger Kedaton berusia 100 tahun. Itu berarti Janger sudahberusia seabad lebih, dan kita tidak tahu apakah usia sejatinya dua abad atau tiga abad.Belum ada penelitian ke arah itu, termasuk bagaimana evolusi Janger dari abad ke abad.Bahwa di Banjar Kedaton telah ada Janger sejak tahun 1906 dan terus dipelihara dariwaktu ke waktu tentu merupakan prestasi tersendiri. Lestarinya kesenian di sebuah desadi Bali umumnya dikaitkan dengan hal-hal mistis. Janger Kedaton pun demikian.Masyarakat boleh beralih profesi, tetapi kesenian tetap dipertahankan karena dipayungioleh hal-hal mistis dan sakral. Perjalanan Janger ini menjadi sisi menarik yang layakdidokumentasikan.
Seni tari Janger mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Ini disebabkan poladasar tari Janger adalah adanya dua kelompok yang bertembang saling bersautan. Didaerah-daerah lain Nusantara, jenis kesenian yang bertembang bersautan juga ada, baikberupa kidung tradisional maupun berpantun. Dan, kesenian seperti itu mengalamiperubahan yang sama dengan Janger, yakni masuknya unsur-unsur aktual tentang situasidan kondisi masyarakat pada zamannya.
Janger yang ''tradisional'', meski belum ada penelitian tentang itu, agaknya berceritatentang kelompok muda-mudi yang lagi dimabuk asmara. Ini dilihat dari kelompok yangbercirikan gender, ada kelompok pria dan ada kelompok wanita. Mereka bertembangbersautan tentang kisah-kisah asmara, dari cara berkenalan, menanyakan identitas, danmenjurus ke rayuan. Semuanya dilakukan dengan riang gembira. Mungkin keriangan ituciri khas Janger yang tidak mengalami perubahan.
Pada dasawarsa 1960-an, terutama menjelang tahun 1965,Janger di Bali diracuni masalah politik yangmencerminkan adanya pertentangan di tengah-tengahmasyarakat. Ada Janger PKI dan ada Janger PNI danmereka saling sindir. Pakaian penari pun, terutamakelompok pria, mengalami perubahan sesuai dengansituasi saat itu. Janger kelompok pria memakai celana dansering di tangannya ada pedang. Jadi, gerak tarinya adalah kombinasi dari gerakan silat.Mereka berteriak dengan cara koor: ''Marhaen menang, Pancasila jaya'', itu bagi JangerPNI. Sedangkan janger PKI bernyanyi koor: ''Sama rata, sama rasa, sosialisme ala Indonesia.'' Banyak lagi jargon-jargon khas zaman itu, yang saat ini menjadi sesuatu yangmenggelikan untuk dikenang.
''Janger politik'' itu tidak lagi bercerita tentang kisah asmara, tetapi ''kisah keluarga'',melalui tembang-tembangnya. Misalnya, Janger kelompok pria bertembang tentangkepergiannya memperjuangkan nasib rakyat, kalau dia meninggal, jangan cari suami yangberlainan partai. Kelompok Janger wanita menjawab dengan tegas, bahwa ia akanmelanjutkan perjuangan.
Tetapi tidak semua sekaa Janger terlibat dalam ''politik praktis''. Ada yang netral, namuncara berpakaian dan isi tembang mengikuti perkembangan saat itu. Misalnya, Jangerkelompok pria bernyanyi tentang kepergiannya menjadi sukarelawan. Koor yangdikumandangkan selalu diakhiri dengan jargon: ''Ganyang Malaysia''. Janger kelompokwanita bertembang tentang cinta kasih sambil menyiapkan bekal untuk ''mengganyangMalaysia''.
Setelah meletusnya G-30-S/PKI, lama kesenian Janger menghilang. Masyarakat Bali trauma dengan Janger, seolah-olah kesenian itu adalah simbol dari ''sisi gelap'' Bali,betapa mudahnya orang Bali diadu-domba dan saling membunuh sesamanya. Janger barumuncul kembali di masa Orde Baru. Dan lagi-lagi Janger menjadi corong politik, kali ini''politik pembangunan''. Maka ada Janger tentang Keluarga Berencana. Meski kisah-kisahasmara masih ada, tetapi itu hanya sebagai pembuka sebelum masuk ke kisah intinyayaitu propaganda pemerintah tentang keberhasilannya. Orang tentu masih ingat,Gubernur Bali Ida Bagus Oka hampir setiap HUT Pemda Bali mengajak stafnya menariJanger.
Sejarah Janger semestinya diteliti lebih jauh. Kalaupun tak bisa menyeluruh, dimulai darisejarah Janger lokal. Bagaimana perjalanan Janger Kedaton yang berusia 100 tahun itu,bagaimana perjalanan Janger Peliatan yang termasyur itu. Lagu bagaimana dengan kisah-kisah ''janger politik'' yang banyak muncul di Jembrana dan Tabanan di masa lalu. Apakita harus menunggu penulis asing, seperti halnya tentang Gambuh, untuk membukukanriwayat Janger? * Putu Setia
0 comments:
Post a Comment